Mayoritas petani di Kota Denpasar memilih sistem tebasan karena dianggap praktis dan efisien. Sistem ini menjual padi berdasarkan taksiran hasil panen, sehingga petani tidak perlu mencari tenaga kerja atau peralatan panen yang memadai. Faktor usia petani yang sudah tidak produktif juga menjadi alasan utama. Penebas di Denpasar umumnya laki-laki berusia 46–55 tahun, dengan luas area tebasan antara 1–40 hektar. Penebas bertransaksi secara langsung dengan petani untuk menilai kualitas padi, menyesuaikan harga, dan mengurangi persaingan. Penebas mempertimbangkan berbagai faktor seperti kualitas padi, iklim, jenis varietas, dan harga pasar dalam menentukan nilai tebasan.

